Menu
Cahaya Akhwat

Ke mana Cinta Kau Bawa???

بسم الله الر حمن الر حيم

Cinta  

Seorang laki-laki yang sangat mencintai isterinya sehingga sangat memanjakan isterinya. Apapun yang diinginkan isterinya, selalu dikasih selama ia mampu, bahkan selalu berusaha memenuhi keinginan isterinya, walaupun dengan perjuangan yang keras. Apapun ia lakukan. 

Sayangnya, ia tidak pernah memperhatikan agama isterinya. Ia tidak pernah menyuruh isterinya shalat atau sekadar bertanya untuk mengetahui apakah salat atau tidak. Tidak cemburu isterinya keluar rumah dengan mengumbar aurat dan kecantikan.

Seorang ayah demi memenuhi nafkah keluarga yang dicintainya. Bekerja mati-matian, seharian penuh bahkan mungkin sampai malam. Hingga tak sempat shalat, tak tahan puasa karena kerja kerasnya, bahkan mungkin tak perduli lagi dengan amal-amal agama lainnya. Semua itu ia lakukan karena cinta kepada keluarganya.
Seorang isteri tak tega membangunkan suaminya untuk shalat Subuh karena suaminya kecapean telah bekerja seharian penuh. Hingga suaminya lalui hari tanpa shalat subuh.

Orang tua yang sangat menyayangi anaknya. Apapun diinginkan anaknya, mereka kasih. Mereka sangat berfikir akan masa depan anaknya, tetapi mereka lalai akan masa depan akhirat anaknya. Tak ingin menyuruh putrinya berjilbab karena kasihan putrinya kepanasan. Tak mau memberi peringatan (pukulan) kepada anak-anaknya yang tak mau shalat dengan alasan kasihan.

Seorang pemuda jatuh cinta kepada seorang wanita. Ia nyatakan cinta, mengajak berkencan, dua-duaan, bahkan berani gelap-gelapan.
Apakah ini yang dinamakan cinta? Memang cinta, tapi cinta yang menggelincirkan, membinasakan, melalaikan, bahkan melecehkan.

Setiap orang mempunyai naluri cinta. Cinta orang tua kepada anak, suami kepada isteri atau sebaliknya. Bahkan kepada seorang yang masih belum dalam ikatan perkawinan.

Namun, yang perlu ditanyakan sebatas manakah cinta kita? Apakah hanya sebatas di dunia ini saja tanpa harus bersama lagi di akherat. Sedihnya lagi, ia cukup puas dengan keshalehan dirinya sendiri, tanpa merisaukan agama anak isterinya.

Mungkin inilah yang dinyatakan dalam Alquran
“ Pada hari itu (qiamat) tiada seorang teman akrab pun yang bertanya kepada temannya, walaupun mereka diperlihatkan satu sama lain (saling melihat). Pada waktu itu orang-orang mujrin (pendosa) berangan- angan untuk menebus dirinya dari azab itu dengan anak-anaknya, isterinya, saudaranya, familinya yang ia tinggal bersama mereka dan seluruh penduduk bumi dengan tebusan. Ini tidak mungkin terjadi…….”(QS.Al-Maarij:10-15)

Cobalah kita melirik sebentar tentang cinta Allah kepada hamba-Nya, cinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada keluarganya, cinta sahabat kepada anak dan pasangannya.

Allah ciptakan langit dan bumi, tempat hamba-Nya berdiam, berpijak, bertebaran diseluruh penjuru. Allah ciptakan langit, dihiasi matahari, bintang, bulan, awan dan lainnya, yang semuanya dalam komposisi, pengaturan, peredaran yang tepat, yang semuanya untuk kelanggengan kehidupan dimuka bumi..

Allah bentangkan bumi, ada tanaman dengan berbagai warna, hewan dengan berbagai rupa, pasangan jenis, dan banyak lagi nikmat Allah yang tak dapat kita baca semuanya, yang semuanya itu demi kehidupan kita, demi manusia dan makhluk- makhluk Allah lainnya.

“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia?…..(QS. Al-Hjj :18)

Seandainya matahari sedikit saja ia bergeser dari tempatnya, maka binasalah manusia. Pengaturan Allah yang sedemikian rupa, semuanya demi kehidupan manusia.

Allah beri hukum-hukumNya pada manusia, itupun semua demi kebaikan manusia. Apa yang Allah wajibkan bagi  manusia, semuanya pasti di dalamnya ada kebaikan bagi manusia dan kemudharatan bagi yang meninggalkannya. Semua apa yang Allah haramkan buat manusia, karena di dalamnya terdapat yang memberi kemudharatan bagi manusia. Sekilas tampak, memang kadang terlihat, memberatkan atau mengekang kebebasan manusia. Sebenarnya tidak. Itu semua demi kebaikan manusia juga. Allah wajibkan shalat, di dalamnya ada hikmah bagi kesehatan jasmani dan rohani. Allah wajibkan perempuan menutup aurat, sekilas tampak mengekang perempuan, sebenarnya demi kebaikan perempuan itu juga. Banyak hikmah di dalam penutupan aurat. Demi kehormatan, menjauhkan pelecehan, baik untuk kecantikan, menghindarkan bahaya penyakit kulit yang datang berbagai arah, polusi asap, kanker kulit, menunjukkan jati diri sebagai muslimah, dan banyak lagi hikmah-hikmah yang terpendam yang tidak diketahui. 

Dan masih banyak lagi hukum-hukum Allah lainnya yang semuanya pasti mengandung hikmah, mengandung kebaikan kita sendiri, bukan untuk Allah. Hanya Allah yang Maha ‘Alim dan Bijaksana.

Cinta Allah kepada hamba-Nya, Allah berikan rezeqi dan nikmat lainnya yang tiada terhingga. Allah beri perintah-perintah, batasan-batasan, larangan-larangan yang semua itu demi kebaikan hambanya. Allah menghiasi sifat manusia yang punya syahwat, punya cinta. Namun, Allah membatasi dengan ikatan perkawinan. Agar tidak terlalu bebas seperti hewan. Agar bisa melahirkan generasi-generasi yang sehat dan tangguh, dan banyak lagi manfaat dalam perkawinan.

 Allah menghiasi manusia, dengan sifat lapar, haus. Allah beri rezeqi, dengan cara kita disuruh mencari, tapi dari situlah kita tau di mana batas kesungguhan kita dalam bekerja. Allah tak larang kita bekerja keras, tapi Allah batasi dengan halal dan haramnya, agar sifat kita tidak seperti binatang yang kuat menindas yang lemah dan tidak terserang berbagai penyakit jasmani dan rohani, dan banyak lagi manfaat dalam harta dan makan halal.

“….wahai hambaku, apabila yang awal dan akhir kalian manusia dan jin seluruhnya, maka semua seperti seseorang dari kalian yang hatinya paling takut kepada Allah, maka tidak akan menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku, jika orang yang pertama dan terakhir diantaramu, semua manusia dan jin menjadi durhaka, sebagaimana orang yang paling durhaka diantaramu, maka tidak akan dapat mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun (walaupun yang terkecil)..” (hadits qudsi yang cukup panjang. Dari riwayat Muslim)

Cinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada putrinya:
“Fathimah radhiallahu ‘anha dengan tangannya ia menggiling gandum sehingga timbul kepalan ditangannya. Ia mengisi tempat air sendiri, dan bekasnya terlihat di dadanya. Ia juga menyapu seluruh bagian rumahnya hingga bajunya kotor dan kumal.

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendapatkan beberapa budak wanita. Saya berkata kepada Fathimah radhiallahu ‘anha, “Pergilah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam , dan mintalah kepada beliau pembantu agar dapat meringankan pekerjaanmu.” Kemudin Fathimah radhiallahu ‘anha datang ke mejlis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang ketika itu sedang banyak orang. Fathimah radhiallahu ‘anha  malu untuk menyampaikan maksudnya. Akhirnya ia kembali ke rumah. Keesokan harinya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke rumah kami menjumpai Fathimah radhiallahu ‘anha dan berkata, “Wahai Fathimah, ada maksud apa kemarin kamu datang kepadaku?” Karena malu Fathimah radhiallahu ‘anha diam saja. Saya berkata, “Ya Rasulullah , ia menggiling gandum setiap hari sehingga timbul kepalan di tangannya, dan ia mengisi air hingga berbekas di dadanya. Dia juga membersihkan rumah sehingga bajunya kumal dan kotor. Untuk itu, kemarin aku menyuruhnya untuk mendatangimu untuk meminta seorang hamba sahaya wanita padamu.”

Dalam riwayat lain, Fathimah radhiallahu ‘anha berkata, “Ya Rasulullah, aku dan Ali radhiallahu ‘anhu hanya mempunyai sebuah kasur, itu pun dari pelepah kurma. Pada malam hari kami gunakan tidur, dan siang hari kami gunakan untuk menyimpan rumput makanan unta.”
Sabda beliau, “Wahai anakku, bersabarlah. Selama sepuluh tahun nabi Musa ‘Alaihis salam bersama hanya tidur di atas satu alas tidur, berupa mantel nabi Musa yang dihamparkan. Maka bertaqwalah kepada Allah, tetaplah meyempurnakan kewajibanmu dan tunaikan pekerjaan rumah tanggamu. Jika kamu berbaring tidur, bacalah subhanllah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu akbar 34 kali, ini lebih baik dari pada seorang pembantu.”  Fathimah  radhiallahu ‘anha berkata, “Aku redha keputusan Allah dan Rasul-Nya.” (Hr. Abu Dawud dari Ali radhiallahu ‘anhu).

Lihatlah, cara cinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada putrinya. Beliau lebih memikirkan sesuatu yang kekal. Tasbih tahmid dan takbir jika dibanding dengan kekayaan dunia yang fana, kekayaan dunia ini tiada artinya dibandingkan yang kekal abadi nantinya. Banyak alim ulama mengatakan, bahwa tasbih Fathimah ini memang lebih baik dari pada seorang pembantu. Bagi mengamalkan dengan istiqamah, maka akan merasakan manfaatnya.

Dan banyak lagi cerita-cerita keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, tentang cintanya beliau kepada Fathimah radhiallahu ‘anha, Hasan dan Husien radhiallahu ‘anhuma. Namun, beliau lebih mementingkan kelembutan dan tentang akherat mereka.

Tentang cinta para sahabat yang sangat banyak dan beragam ceritanya, yang semuanya menceritakan pengorbanan mereka, demi agama, demi kampung akherat. Cerita tentang istri Amr bin Aljamuh radhiyallahu ‘anha yang menyindir suaminya, agar ikut berperang. Benar saja suaminya tersinggung, dan ikut berperang, dan berdoa agar mati syahid. 

Cerita tentang Khansa radhiyallahu ‘anha yang memotivasi empat orang anaknya agar pergi berperang membela agama. Ketika diberitahukan keempat orang anaknya telah mati syahid, Khansa radhiyallahu ‘anha bersyukur dan berkata, “Syukur kepada Allah yang telah memuliakan kesyahidan mereka. Mudah-mudahan dengan kesyahidan mereka, dosa-dosa saya dapat diampuni oleh-Nya. Saya berharap kepada Allah dengan rahmat-Nya, mudahan saya dapat dikumpulkan kembali bersama keempat putraku itu dalam naungan-Nya.”

Begitu pun juga cinta kita kepada keluarga diharapkan. Mencintai keluarga kita dengan sepenuh jiwa dan raga. Memberi mereka yang terbaik yang dimiliki dan kita mampu. Dan tidak lupa pula, bercita cita agar bersama mereka di akhirat. Jasmani boleh terpisah karena tugas da’wah, pekerjaan, atau tuntutan hidup lainnya, namun tetapkan cita-cita kita agar berkumpul di akhirat kelak.

Wahai para suami, “Didiklah kami dengan agama, bimbinglah kami, bantu kami dalam amalkan agama, agar aku bisa melayanimu sepenuh keikhlasan, agar kita tetap berkumpul di surganya nanti. Suamiku jadikan kami bidadarimu di surga nanti.”

Wahai saudaraku, “Bantu kami dalam amalkan agama, janganlah segan melarang kami bila kami melakukan kemaksiatan. Jangan biarkan kami tersesat jauh dari jalan Allah. Cintai kami sampai ke negeri jauh. Negeri yang tak ada kesusahan dan pertengkaran didalamnya. Negeri indah, yang di dalamnya berkumpul orang-orang beriman, dan kuharap kita bertemu disana.”

Wahai ayah bunda, “Cintailah kami, didiklah kami, jangan biarkan kami terlalu manja sehingga kami berani menetang Allah. Cintai kami sampai ke surga-Nya. Cintai kami di dunia ini. Kenalkan kami tentang agama, tentang ketaatan kepada Allah, kepada Rasul-Nnya, kapada ayah bunda, kepada makhluk-makhluk di muka bumi ini. Mudahan kami bisa berbakti kepada kalian sampai ke surga-Nya nanti.”


Tidak ada komentar