Menu
Cahaya Akhwat

KETIKA PASANGAN TAK SEINDAH HARAPAN

Cahaya Akhwat - Setiap orang punya harapan tentang pasangannya masing-masing.
Setiap orang berbeda-beda, tentang kreteria  pasangannya sesuai presepsinya masing-masing.
Setiap orang pasti mengharapkan pasangan yang kaya, tampan, berpendidikan, punya masa depan, beragama atau dengan istilah lain “perfect”.

Tetapi tak ada manusia yang sempurna. Maka masing-masing mengedepankan kretria-kretria harapan yang menurut pandangannya akan membuatnya bahagia.
Ada sebagian orang yang mengedepankan yang kaya, tampan, berpendidikan, punya masa depan. Ada pula yang mengedepankan cinta. Ada yang mengedepankan prilaku.
Muslimah yang baik tentu mengutamakan yang bagus agama dan akhlaknya. Walapun ada sebagian ada yang beruntung, bisa mendapatkan beberapa criteria sekaligu. Kuat agamanya, tampan, berpendidikan dan punya penghasilan yang mapan.

Tetapi yang jadi pertanyaan;
Kenapa kita mengharapkan pasangan  seperti itu (yang baik agamanya)?
Sebuah keharusan kita mengharapkan yang baik agamanya. Karena Rasulullahpun menyuruh kita untuk memilh karena agamanya. Qowwam yang agung. pelita jiwa, tempat berbagi dan teman berjalan meniti hidup dengan agama.

Ada yang berharap punya pasangan yang bisa membimbingnya amalkan agama. Punya kekuatan amalkan agama, ada yang membantu, mendorong, memperingatkan. Bahkan untuk mengokohkan langkah tuk amalkan agama.
Pasti banyak muslimah yang mengharapkan demikian  dan beruntung orang yang mendapatkannya.

Lalu timbul pertanyaan;
“Bagaimana kalau Allah menakdirkan yang sebaliknya?  Memang benar, Yang baik dengan yang baik, yang buruk dengan yang buruk. Tapi tak sedikit kejadian. Allahpun berkehendak menjodohkan manusia yang berbeda keshalihan, karakter, pandangan, bahkan perilaku. Seperti Nabi Nuh dan Luth Alaihumassalamatau seperti Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha yang suaminya berpindah agama ketika hijrah keHabasyah.
Ataupun kita yang mempunyai pasangan yang baik agamanya. Namun yang perlu diingat! Roda kehidupan pasti berputar. Kadang hari ini di atas dan kadang di bawah. Begitu juga dengan keimanan seseorang, tak terkecuali pasangan kita. Lalu bagaimana jika orang yang kita harapkan lagi sedang melemah semangat agamanya?

Ketka ia sudah mulai malas menghadiri mejelis ta’lim. Ketika tahajudnya sudah mulai bolong-bolong. Atau ketika dibangunin tuk shalat subuh berjamah,susah banget. Atau ketika ia sudah kurang teliti tentang pakaian muslimah kita? Biasanya ia paling memperhatikan, kalau-kalau aurat kita kelihatan laki-laki yang bukan muhrim kita. Tapi kini ia cuek aja.

Padahal selama ini kita terlalu bergantung padanya. Ikut terseret???

Sah-sah saja mengharapkan memiliki pasangan yang ideal. Namun satu hal yang perlu disadari, manusia tak ada yang sempurna. Sebaik-baik manusia, pasti mempunyai sisi kekurangan. Dan kekurangan inilah yang kadang menjadi boomerang bagi kita, yang sebenarnya bukan salah dia, tapi kitalah yang terlalu tinggi meletakkan harapan pada pasangan.

Seorang muslimah yang baik hanya mengharap kepada Allah. Bersungguh-sungguh, berusaha mentaati Allah dan RasulNya. Mengharapkan ridha Allah. Mengharapkan perjumpaan dengan Allah, perjumpaan yang indah.  Cukup baginya hanya Allah. Allahlah segala-galanya.
والله ولي المؤ منين.
“.. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman” (QS.Ali Imran:68)

Bukan karena mengharapkan jodoh yang baik atau karena rasa sayang dan cinta kepada suami. Menikah demi menyempurnakan agama dan meraih pahala yang lebih tinggi.
“…Maka barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan kebajikan dan janganlah  dia mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.s.Al-Kahfi:110).

Toh, seandainya Allah kasih jodoh yang saleh dan menyayangi kita itu karena karunia Allah. Kita menaatinya  semata-mata karena Allah. Mengharapkan ridha Allah. Seandainya ada rasa sayang dan cinta di hati, itu  memang rahmat yang Allah sisipkan dihati kita, bukan karena nafsu.
Lihat Juga : Cinta Sejati Zulaikha
Seorang muslimah hendaklah. Juga selalu rajin ishlah diri, rajin menuntut ilmu untuk diamalkannya. Berusaha untuk mengetahui hukum-hukum Allah dan RasulNnya. Mengetahui hak-hak Allah dan RasulNnya. Mengetahui hak-hak suami, orang tua, anak-anak,  kerabat, lingkungan, dan hak-hak ummat. Hingga ia tidak tejerumus dalam bermaksiat kepada Allah sehingga terhalang atau terhijab dari Allah. Dan tak lupa ia senantiasa mengoreksi perbuatan-perbuatannya, kalau-kalau ada kesalahan yang ia perbuat.

Baca Juga:
Manfaat Musyawarah Dalam Keluarga

Bila terjatuh, ia bersegara bangun tanpa menundanya karena takut kalau-kalau Allah marah padanya. Takut dengan azab Allah. Tak bisa tenang sebelum ia kembali kejalan Allah. Karena ia tau, Allah hanya pelindung orang-orang saleh”
وهو يتول الصا لحين.
“….Dia melindungi orang-orang saleh” (Q.s. .Al-A’raf:196)

Seorang muslimah juga tak hanya memikirkan dirinya sendiri danagama dirinya sendiri . Tapi ia juga risau dengan agama saudaranya. Risau terhadap ummat.
Pernah Rasulullah menangis melihat jenazah lewat. Sahabat memberitahu kalau jenazah itu jenazah seorang yahudi. Rasulullah katakan beliau sedih karena dia meninggal sebelum mengucapkan kalimat laa ilaha illallah.

Masya Allah indahnya budi pekerti beliau. Junjungan kita, yang kepada beliau  kita harapkan syafaat, sudah seharusnya kita teladani akhlaq beliau. Menjadi seorang da’i.  Fikir ummat.
“Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara….” (Q.s.Al-Hujurat:10).
Seorang da’iyah bukan seorang pencela yang ketika melihat saudaranya bermaksiat. Tapi ia hanya risau dan sedih melihat saudaranya belum tersentuh cahaya agama. Ingin bersama-sama mentaati Allah, Indahnya bersama-sama  dijalan agama.

“Wahai orang-orang yang beriman! peliharah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.s. At-Tahrim:6)

Ingin menegakkan agama Allah di bumi ini.
“Wahai orang-orang yang beriman! jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah…….“(Q.s.As-Saff:14)

Berusaha untuk istiqamah, dengan jalan da’wah.
 “Wahai orang orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah, maka Dia akan menolongmu, dan Dia akan mengokohkan langkah-langkahmu (atas musuh-musuhmu).” (Q.s.Muhammad:7)
“Wahai orang -orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”

“Niscaya dia akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung”  (Q.s.Al-Ahzab:70-71).
Beruntung bila kita mengarungi bahtera rumah tangga seiyas sekata dengan jalan agama sampai kematian menjemput, seperti Khdijah, Fatimah dan Aisyah radhiyallahu anhunna.
Beruntung dia yang telah Allah taqdirkan sendiri, tapi dia mampu menjaga kehormatannya dan memilki sifat malu yang begitu anggun. Mampu menjaga hatinya tetap mekar karena dia punya cinta sejati, yaitu cinta Robbnya.

Sungguh mengagumkan orang yang menjadi pribadi yang diharapkan, yang peranannya sangat penting di mata keluarga tercinta dan di mata masyarakat. Seperti Khadijah yang mengorbankan seluruh hartanya demi agama. Ummu Sulaim menjadikan Islamnya Abu Thalhah sebagai maharnya. Isteri Ikrimah bin Abu jahal radhiyalahu ‘anha yang berhasil membujuk suami kepada Islam. Isteri Amr bin Jamuh r.ha yang menyemangati suaminya tuk ikut berperang menggapai syahid, padahal suaminya pincang.

Subhanallah. Beruntung orang yang dapat cahaya hidayah, dan beruntung sekali, dengan asbab dia orang-orang dapat hidayah.
“Demi Allah! apabila karena engkau. Seseorang dapat hidayah, maka itu lebih baik daripada kendaraan yang merah (unta yang bagus).” (hadist)


Berhentilah berharap memiliki pasangan yang begini dan begini. Tapi berpikirlah menjadi pribadi yang selalu memberi dan menebarkan cahaya keimanan. 
Lihat Juga : Wanita Pilihan 

Tidak ada komentar