Menu
Cahaya Akhwat

Jadikan Dirimu Pribadi yang Tak Terlupakan


Berapa hari yang lalu teman saya telah syahid, sebut saja si B. Hal ini kembali mengingatkanku pada teman yang satunya, yang juga syahid, sebut si A. 

Si A, boleh dibilang bukan sahabat dekat karena pertemanan kami biasa saja. Kami bertemu, saat aku nyetor hafalan di pondok si A nyantri.

Aku lupa kapan terakhir kami bertemu, sebelumnya dia niatan mau sekolah ke Yaman, ternyata Allah berkehendak lain. Dia menikah dengan seorang ustadz dan ikut suaminya. Setelah itu kami putus komunikasi.

Walaupun sekian tahun kami putus kontak, namun ketika mendengar kematiannya, hati ini benar-benar berkabung.

Begitu juga si B. Kami tidak terlalu akrab, namun berita kematiannya benar-benar membuatku berduka dan bahkan mengingatkanku kembali pada A, sehingga membuat hati ini semakin mendung saja.

Kemudian aku bepikir, apa istimewa keduanya, sehingga aku merasa begitu kehilangan, padahal mereka bukanlah sahabat dekat? Dengan si A, tak terlalu banyak kenangan selain pernah tertawa bersama dan obrol-obrol di salah satu ruangan di pondok.  Ya mungkin karena jalan kematiannya yang sangat indah, kematian yang membuatku iri. Syahid saat melahirkan bukankah sesuatu sangat mulia. Mati dalam perjuangan. Bagiku sungguh luar.

A memang luar biasa, dia santri cukup sabar dan selalu berusaha. Aku masih ingat apa yang kuucapkan, saat dia mengadukan kesulitan untuk menamatkan hafalannya. Siapa sangka dia mendahuluiku dan dengan jalan yang sangat mulia. Semoga Allah menempatkannya di Sisi-Nya yang mulia.

Lalu dengan teman si B. Dengan B pun aku tidak terlalu akrab, bahkan bisa dibilang begitu dingin. Pertemuanku dengan B, saat aku pertama kali menyetor hafalan di pondok itu, dia jadi jadi ustadzahnya dan itu pun hanya beberapa kali.

Tak lama kemudian, dia nyantri ke Yaman, pulang ke Indonesia menikah lalu juga menjadi seorang ustadzah. Ya mungkin sama – sama segan. Aku segan padanya karena dia ustadzah, dia segan padaku karena usiaku lebih tua darinya.

Aku sangat berkesan padanya. Akhlaknya begitu mulia. Pendiam, murah senyum, walaupun kadang di bully teman (waktu masih nyantri). Dia tetap menghormatiku sebagai lebih tua walaupun sebenarnya dia-lah ustadzahku.

Perginya kedua temanku ini meningalkan beberapa pertanyaan sekaligus pelajaran untuk diriku sendiri.
Pertanyaannya :
1.           Siapakah diriku saat bergaul dengan orang lain? Apakah aku sudah mempunyai tindak tanduk yang bagus, sehingga meninggalkan kesan di hati orang lain dan akan dikenang jika aku telah tiada? Atau mungkin aku menjadi orang yang dibenci, mudah dilupakan atau bahkan orang-orang merasa beruntung atas kematianku? Semoga saja Allah memasukkanku di tempat yang pertama dan melindungiku di tempat yang kedua.
2.           Bagaimanakah akhir kesudahanku? Apakah dalam khusnul khatimah atau su’ul khatimah. Pastinya tindak-tandukku hari ini sangat menentukan.

Pelajarannya: Setiap bertemu dengan orang lain, usahakan saling meminta maaf, memaafkan dan tinggalkan kesan yang indah (dengan akhlak mulia) karena kita tidak tau, mungkin itu saja pertemuan yang terakhir kali.

Berakhlak baik itu sangat penting karena  akhlaklah yang diingat orang lain, jika kita telah tiada. Dan mereka akan mendoakan kita, jika kita meninggalkan kenangan indah saat bersama mereka.

Ya, akhlak mulia-lah yang sangat penting dan sangat menentukan.

اللّٰهُمَّ إِنِّي اَسْأَلُكَ خَيْرَ الْمَسْأَلَةِ وَخَيْرَ الدُّعَا وَخَيْرَ النَّجَاحِ وَخَيْرَ الْعِلْمِ وَخَيْرِ الْعَمَلِ وَخَيْرَ الثَّوَابِ وَخَيْرَ الْحَيَاةِ وَخَيْرَ الْمَمَاتِ وَثَبِّتْـنِي وَثَقِّلْ مَوَازِيْنِي وَحَقِّقْ إِيْـمَانِي وَارْفَعْ دَرَجَتِي وَتَقَبَّلْ صَلَاتِي وَاغْفِرْ خَطِيْــﺌَاتِي وَاَسْأَلُكَ الْعُلَا مِنَ الْجَـنَّةِ
Allahumma inni as-aluka khairal mas-alati wa khaira-ddu’aai wa khairan najaahi wa khairal ‘ilmi wa khairal amali wa khairats-tsawaabi wa khairal hayaati wa khairal mamaati wa stabbitnii wa tsaqqil mawaaziinii wa haqqiq iimaanii warfa’ darajatii wa taqabbal shalaatii waghfir khathii-aa-ti wa as-alukal ‘ulaa minal jannah.

Artinya:

Ya Allah, aku meminta sebaik-baik permintaan, permohonan, keberhasilan, ilmu, amal, pahala, kehidupan, kematian, dan tetapkanlah aku dalam semua kebaikan itu. Beratkanlah timbangan (amal kebaikanku), kukuhkanlah imanku, tinggikanlah derajatku, terimalah shalatku, ampunilah kesalahan-kesalahanku, dan aku memohon surga yang paling tinggi kepada-Mu. 

Tidak ada komentar